Pendidikan

SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (SD Mugeb) menggelar wisuda XXI secara virtual

Teks foto : SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (SD Mugeb) menggelar wisuda XXI secara virtual

GRESIK, DORRONLINENEWS.COM – Kegiatan wisuda digelar via Zoom Cloud Meeting dan diikuti 153 siswa kelas VI ini bertema “Take a Chance and Get Ready for The Next Future”.

Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi menyampaikan ucapan terima kasih kepada wali siswa dan undangan yang hadir dalam wisuda virtual kali ini.

“Terima kasih sebesar-besarnyanya atas waktu yang diluangkan oleh ayah bunda dan para undangan untuk menyaksikan bersama-sama wisudawan dan wisudawati kita kita yang insya allah, saya dan ustadz-ustadzah semua yakini mereka akan menjadi pemimpin masa depan,” ujarnya.

Ari berpesan kepada wisudawan agar mereka selalu berusaha mencapai kesuksesan. “Raihlah kesempatan, raihlah peluang untuk kesuksesan masa depan Kalian karena kesuksesan tidak lahir dari kemalasan, tapi kesuksesan diraih oleh kerja keras, ketulusan dan ketangguhan,” pesannya.

Wisuda SD Mugeb ini terasa spesial karena mendapat ucapan selamat Mas Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Riset). Selain dari Kemendikbud Riset, SD Mugeb juga mendapat ucapan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa MSi, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani SE, dan tokoh penting lainnya.

Prosesi wisuda semakin lengkap dengan hadirnya Analisa Widyaningrum, pemateri motivasi pendidikan. Psikolog cantik sekaligus CEO APDC Indonesia ini memberikan motivasi bagi wisudawan dan orang tua.

Sebelum memberikan motivasi, Analisa mengajak beberapa siswa untuk berinteraksi langsung.

“Selamat ya sudah lulus SD dan sebentar lagi mau SMP, rasanya pasti bukan hal yang mudah, ya?” tanya Analisa kepada salah satu wisudawan, Muhammad Ghaisan Mirza R.

Ghaisan, panggilan akrabnya, mengiyakan singkat. Analisa menyemangati wisudawan berkacamata itu dengan berpantun, “Jalan-jalan ke Bukittinggi, (cakeep!) jangan lupa naik bendi. Sekarang Gaisan bukan anak SD lagi, bulatkan tekad dan terus cari inspirasi. Semangat Ghaisan!”

Sebelum menyampaikan motivasinya, Analisa mengajak beberapa peserta berinteraksi langsung untuk mengonfirmasi bagaimana kemudahan menerapkan praktik baik pendidikan di tengah pandemi.

Dialog interaktif itupun berlanjut, giliran Radina Syifaiyah yang Analisa pilih untuk menjawab pertanyaannya. “Syifa kalau sudah gede mau jadi apa?”

Syifa menjawab ingin menjadi penjelajah ilmu. Jawaban itu membuat Analisa kagum. “Semoga niat baik Syifa untuk menjelajah ilmu dan memperdalam ilmu agama bisa membanggakan, terutama untuk keluarga dan ustadz-ustadzah yang ada di sekolah kamu” tutur Analisa.

Generasi Digital dan Dunia Internet
Analisa menyadari, di masa pandemi ini bukan perkara mudah bagi orangtua untuk memperoleh gambaran masa depan anak-anaknya. Pertanyaan orangtua yang umum dia dengar, apa yang bisa dilakukan untuk memperoleh gambaran masa depan anak, padahal sekarang sekolah hanya terbatas pada ruang kelas virtual.

Psikolog di Jogja International Hospital itu menerangkan, kalau ditanya ‘besok mau jadi apa?’, anak-anak yang lahir di generasi ini antusias menjawab ingin jadi Youtuber. Profesi ini memang menjadi salah satu yang paling diminati.

Rata-rata mereka ingin bekerja di balik dunia Internet. Sedikit yang ingin jadi dokter, psikolog, guru, dosen, pegawai negeri maupun pegawai perusahaan.

Analisa mengatakan 10 tahun lagi pekerjaan yang paling banyak dicari akan berhubungan dengan dunia teknologi dan internet.

Sekarang ini, di beberapa kampus, apalagi di luar negeri, sudah ada mata kuliah artificial intelligence atau AI (kecerdasan buatan). AI itu, menurutnya, menjadi masa depan kita.

“Kalau adik-adik sekarang merasa mimpinya pengin jadi Youtuber, web designer, artificial intelligence expert, big data analyst yang ini merupakan masa depan Indonesia, maka di sinilah kita sama-sama harus bermimpi besar!” pesannya kepada para wisudawan.

Analisa mengatakan bukan tidak mungkin masa depan anak-anak ada di dunia yang sekarang sedang mereka jelajahi. Namun pertanyaannya, bagaimana penentu masa depan mereka?

Bukan hanya guru dan sekolah yang menentukan masa depan anak, tapi juga orangtua di rumah. memasukkan anak ke sekolah bukan berarti sama seperti memasukkan anak ke laundry. Yang perlu menjadi perhatian, bagaimana kerjasama antara orangt4ua dan guru karena pandemi ini menjadi kunci praktik baik pendidikan. (Lono)

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close