Opini

RTK Mbreset, 3 Rayon PMII di Komisariat UIN Sunan Ampel Cabang Surabaya Menolak

Oleh : Aa’ Fah

SURABAYA, DORRONLINENEWS.COM – Dalam sebuah organisasi regenerasi  memang lah menjadi suatu kewajiban, karena jalannya roda organisasi adalah dengan menyiapkan para penurus agar menjadikan tetap eksis organisasi tersebut. Tak terkecuali di organisasi kemahasiswaan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), PMII sendiri memiliki jenjang-jenjang pelatihan kaderisasi formal, non formal, dan informal guna mempersiapkan regenerasi agar sesuai dengan tujuan PMII.

Selain menyiapkan regenerasi yang berbasis pelatihan dan kaderisasi, faktor leadership/ kepemimpinan dalam PMII sendiri juga sangat diperhatikan. Dalam pemilihan ketua misalnya dari kepengurusan rayon bahkan sampai ke pengurus besar PMII memiliki mekanisme yang bertahap dan berbeda. Dari tingkatan RTAR sampai ke kongres bedar semuanya diatur dalam hasil muspimnnas dan juga AD/ART PMII.

Sudah seharusnya baik di tingkatan rayon maupun pengurus besar untuk melaksanakan dan mentaati aturan-aturan yang ada di AD/ART PMII dan juga ksepakatan di Muspimnas (musyarawah pimpinan nasional). Namun, berbanding berbalik apa yang dilakukan oleh kepengurusan Pergerakan Mahasiswa Islam Komisariat UIN Sunan Ampel periode 2020-2021. Dalam pelaksanaan RTK (Rapat Tahunan Komisariat) yang dilaksanakan pada 25/12, banyak sekali terjadi mal adminitrasi dan juga etika komunikasi yang kurang baik pengurus komisariat ke tataran rayon-rayon. Sehingga menimbulkan gejolak-gejolak di lingkungan rayon-rayon. Menanggapi berbagai pelanggalaran dalam pelaksanaan RTK ke-13 ini, 3 rayon (Rayon Ekonomi Bisnis Islam, Rayon Syariah dan Hukum, dan Rayon Adab dan Humaniora) menyepakati bahwa menolak terselenggaranya RTK ke-13.  Dengan berbagai pertimbangan jika tetap terlenggara maka dari ketiga (3) Rayon, akan menyatakan sikap :

1. RTK dilaksanakan secara mendadak. 2. Bahwa tidak ada sidang pleno di PMII komisariat UIN Sunan Ampel Cabang Surabaya. 3. Bahwa tidak adanya etika komunikasi (sosialisasi terkait RTK (Rapat Tahunan Komisariat)). 4. Bahwa tidak adanya sosialisasi pencalonan ketua Komisariat pada RTK (Rapat Tahunan Komisariat). 5. Bahwa semua rayon di masing-masing rayon belum melaksanakan RTAR (Rapat Tahunan Anggota Rayon). 6. Dalam Kurun Waktu satu periode PK PMII UINSA Masa gerak 2020-2021 Tidak ada program kaderisasi.

Seperti yang disampaikan oleh ketua Rayon Adab dan Humaniora sahabat Alwi, 24/12 menurutnya &rtk untuk periode tahun ini, memang sangat mendadak pun juga terlihat jelas akan ketidaksiapan panitia dan juga pengurus dalam melaksakannya& ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa hal ini terbukti dari surat undangan yang masuk ke rayon-rayon yang masih tidak sesuai dengan kaidah surat menyurat yang di tetapkan oleh PMII. &Bahkaan surat undangannya pun, masih banyak yang salah antara tempat yang tertulis di surat dan yang tersebar di flayer dan ketidak jelasan ketua pelaksan&, tambahnya.

Tak terkecuali tanggapan dari ketua Rayon Syariah dan Hukum sahabat Syaefuddin (Oppi) berpendapat bahwa “RTK tahun ini menyalahi hasil Muspimnas Boyolali Bab VI, tentang rapat tahunan komisariat, pasal 13, poin (2). Tentunya jika tetap berlanjut maka, ketidaksahan pemimpin selanjutnya dapat dituntut”.

Dalam satu periode kepungurasan komisraiat ini, memang banyak menimbulkan berbagai macam kontraversi, serta ketidakjelasan dalam memimpin Komisariat, dsb.  Shafyullah Ahmad (ketua Rayon Ekonomi dan Bisnis) pada 24/12, ketika diwawancarai mengutarakan

“dalam setahun kepengurusan ini, memang sudah tidak jelas, kegiatan-kegiatan yang memang berbasis kaderisasi baik formal, informal ataupun non formal pun tidak terselanggara. Seharusnya dari kemaren bisa di KLB”.

Kepemimpinan dalam organisasi terutama PMII sendiri, menurut penulis sangat vital dan juga penting. Jika dalam organisasi tersebut memilih pemimpin yang kurang mengerti tentang AD/ART bahkan hal-hal yang paling mendasar dalam organisai tersebut, maka kemunduranlah yang akan terjadi. Terlepas dari persoalan politik yang memang dalam pemilihan nahkoda organisasi selalu menjadi bumbu penyegar, seharusnya para pemimpin yang terpilih, bisa memikirkan jangka panjang untuk para kader/anggota agar kemajuan dapat di peroleh, karena politik sendiri hanya sesaat dan sesuatu yang ghoib (tidak terlihat). Seperti yang di ungkapkan alm. KH Hasyim Muzadi dalam ceramah yang di unggah Nu Online mengatakan :

الفوليتيك وهو شئ غائب .

Wallahualam bisoab

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close