Pandemi Korona, Perang dan Strategi Kemenangan Melawannya, oleh : Gus Fik
Teks foto : Gus Fik
GRESIK, DORRONLINENEWS.COM – Perang melawan korona di seluruh dunia. Bukan hanya di Indonesia, korona memang sudah di desain untuk menjadi musuh bersama. Kekuatan korona yang luar biasa dalam menginfeksi manusia ibaratnya semacam senjata biologis nyata, meski jelas dari Wuhan asalnya, namun tidak jelas siapa musuh dan kubu seterunya dari negara mana.
Yang nampak jelas, korona adalah raja perangnya, kata korona berasal dari kosa kata ‘crown’ artinya yang memiliki mahkota, dan seluruh manusia di dunia menjadi lawannya.
WHO yang menjadi lembaga kesehatan dunia, seakan menjadi wasit dan penentu menang tidaknya sebuah negara melawan korona. Perhatikan saja lalu lalang berita yang ada di media. Renungkan dan kontemplasikan.
Inilah yang dimaksud Bapak Presiden Jokowi dan beberapa ekonom IMF yang pernah melakukan annual meeting IMF di Bali “the winter has come” pada 2018, akhir 2019 musim dingin telah tiba, musim musibah pandemi korona telah menjelma.
Apakah semua negara menyadarinya? Tidak, bahkan nyaris tidak ada satupun negara yang mampu memprediksi adanya wabah dan pandemi korona. Kecuali Bill Gates yang pernah menyebut akan adanya pandemi di dunia pada 2015. Entah kenapa Bill Gates sampai bisa memprediksi adanya wabah. Bahkan info terakhir, prediksinya akhir 2022 barulah wabah korona bisa mereda.
Lalu bagaimana ini akan berakhir? Bagaimana perang melawan korona akan mereda?
Saya terkesan melihat film The Imitation Game, yang penuh dengan filosofi, makna sejarah, nilai kemanusiaan dan sarat hikmah di sana. Ini merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata, bagaimana sebuah perang dimenangkan dengan cara yang tidak mudah.
Enigma, mesin komunikasi terenkripsi Jerman akhirnya bisa dipecahkan enkripsinya oleh Alan Turing, sehingga bisa membaca setiap rencana dan strategi perang Jerman dan berakibat pada kekalahan Jerman di Perang Dunia II. Mesin hanya bisa dikalahkan dengan mesin. Enigma dikalahkan oleh Christopher, mesin buatan Alan Turing senilai 100.000 Poundsterling.
Ada satu quotes dari komandan strategi perang Alan Turing, Commander Alastair Denniston, ketika memberi nasehat singkat kepadanya, bahwa kemenangan hanya bisa didapatkan dari disiplin, rantai komando dan kepatuhan.
Korona dan kawan-kawannya rupanya menerapkan strategi Sun Tzu, pengarang kitab The Art of War, dalam mengalahkan musuh-musuhnya :
“The supreme art of war is to subdue the enemy without fighting. Seni perang tertinggi adalah menaklukkan musuh tanpa pertempuran.”
Dan kunci memenangkan peperangan adalah mengenal diri sendiri.
“If you know the enemy and know yourself, you need not fear the result of a hundred battles. Jika Anda mengenal musuh dan mengenal diri sendiri, Anda tidak perlu takut dengan hasil dari seratus pertempuran.”
Kesimpulan sederhananya : “Perkuat imunitas kita sekuat-kuatnya. Hargai kesehatan dengan menjaganya mati-matian, jaga jarak pakai masker. Tetap membantu sesama sesuai dengan kemampuan kita, perang melawan korona taruhannya nyawa, melindungi dan menjaga nyawa adalah tugas nyata masing-masing kita,” demikian ungkap Gus Fik founder GresikBaik dan Wisefx Trading System usai membagikan daging hewan kurban di desanya. (Gus Fik)