Workshop Dan Pagelaran Kesenian Tradisional “Danglung” Di Lumajang

LUMAJANG,DORRONLINENEWS.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, khususnya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, mengadakan workshop dan pagelaran kesenian tradisional “Danglung” di Lumajang. Acara ini berlangsung di kampung Mebel Pasinan, desa Karangbendo, kecamatan Tekung, kabupaten Lumajang, Sabtu (03/08/2024).
Dengan tujuan melestarikan dan mengembangkan seni budaya tradisional yang menjadi bagian dari kekayaan warisan budaya lokal. Workshop tersebut dihadiri oleh Kadispora, perwakilan dari Dinas Pendidikan, perwakilan dari Dinas Pariwisata dan para seniman lokal, pelaku budaya, serta masyarakat umum yang tertarik pada kesenian tradisional. Dalam kegiatan ini, para peserta mendapatkan pelatihan langsung dari para ahli dan praktisi kesenian Danglung, yang merupakan seni tradisional khas dari Lumajang.
Saat diwawancarai awak media, Jainul Arifin selaku ketua pengelola “Dalan Tegalan” mengatakan, bahwa pada hari ini dirinya melakukan kegiatan untuk memajukan kebudayaan dengan mengambil tema “Workshop & Pagelaran Musik Danglung”. “Kenapa ini penting, yang pertama bahwa Lumajang ini menjadi salah satu daerah pandalungan, yang harusnya itu karakter-karakter pandalungan terangkat. Salah satunya adalah kesenian khas musik Danglung yang sudah mengakar di Lumajang sejak tahun 1956 hingga hari ini”, ujar Jainul.
“Nah itulah anak muda hari ini mengenal istilah Danglung saja itu jarang, nah itulah yang kita angkat. Danglung itu kesenian yang mengakar dari budaya Jawa dan Madura, Kenong Telok ada kentongannya. Kenong Telok itu digunakan untuk mengiringi tari, mengiringi patrol, musik, tujuan kami melaksanakan ini dalam bagaimana memajukan kebudayaan ini bersama teman-teman, tujuannya adalah untuk mengangkat kembali kesenian khas kabupaten Lumajang, dan juga melestarikan”, ungkap Jainul.
Tidak hanya itu, pagelaran musik Danglung yang seharusnya menjadi salah satu prioritas kabupaten Lumajang, masyarakat harus tahu bahwa permasalahan-permasalahan moralitas itu karena mereka minim lahir dari kebudayaan. Acara workshop tersebut dibuka langsung oleh Kadispora Lumajang, Nurman Riyadi didampingi Iwan dari dinas Pariwisata dan juga dari dinas Pendidikan. Dikatakan Jainul, bahwa program-program pemberdayaan masyarakat ini yang ia lakukan.
“Saya cuma, bagaimana memberikan saran kepada pemkab saja, bahwa upaya-upaya ini harus terus dilakukan. Dan terlebih bagaimana kita mensolidkan, ya ini terlepas dari kepentingan politik saya bicara. Siapapun yang nanti menjadi bupati atau wakil bupati, saya berharap bahwa kebudayaan tidak boleh hilang. Jangan sampai kebudayaan-kebudayaan yang ditampilkan di Lumajang justru itu bertolak belakang dengan karakter kebudayaan yang ada di Lumajang”, pungkas Jainul.
Awal mula musik Danglung berasal dari Yosowilangun, tahun 1956, pertama kali dipentaskan berdasarkan sumber sejarah para sesepuh dulu itu di rumah pak Sadeli, yang awalnya untuk Ngarak Sapi dan untuk melepas burung Merpati. Sekarang berkembang menjadi satu sajian kesenian yang mengandung nilai-nilai kebudayaan. Jainul berpesan, untuk para pemuda “Jangan Alergi Untuk Mengkritik Pemerintah Melalui Karya”. (Jwo)