Film Gemintang Asal Gresik Sukses Raih Penghargaan dari Kemenparekraf
Teks foto : salah satu adegan dalam film Gemintang asal gresik
GRESIK, DORRONLINENEWS.COM – Gemintang, sebuah film pendek karya sutradara Irfan Akbar Prawiro (30) dari Komunitas Gresik Movie, berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Barekraf) dalam ajang Family Sunday Movie (FSM) 2022.
Film berdurasi sekitar 10 menit tersebut terpilih dalam official selection FSM periode Februari 2022, untuk genre film fiksi.
Perjuangan dan kerja keras, dibutuhkan oleh Irfan dan kru dari Komunitas Gresik Movie untuk dapat mewujudkan film Gemintang, yang justru menjadi cerita menarik tersendiri dari balik layar.
“Juara untuk periode Februari, sebab nantinya bakal kembali dilombakan lagi. Untuk Gemintang kemarin juara film fiksi, yang dokumenter itu pemenangnya dari Jogja,” buka Irfan, saat ditemui awak media di markas Komunitas Gresik Movie di kompleks Perumahan BP Wetan, Senin (7/3/2022) malam.
Jika Gemintang terpilih untuk genre film fiksi, maka di bagian film dokumenter terpilih karya dari sutradara Riandhani Yudha Pamungkas dari Komunitas Etanan Films Yogyakarta bertajuk Maramba. Keduanya berhasil menyisihkan total 215 karya film dari seluruh Indonesia, yang turut serta dalam gelaran Official Selection FSM untuk periode Februari 2022 kemarin.
Adapun film pendek Gemintang menggunakan dua tokoh utama anak kecil, yang tercatat masih duduk di bangku kelas II Sekolah Dasar (SD). Untuk pemeran cewek adalah Qaireen Khansa Prawiro, dan Muchammad Baidlowie Azhari untuk sosok pemeran cowok, bercerita mengenai susahnya mereka dalam mewujudkan tugas sekolah untuk menggambar bentuk bintang yang ada di langit.
“Tapi itu sebenarnya kritik halus dari kami, khususnya saya pribadi, untuk industrialisasi yang ada di Gresik tercinta ini,” ucap Irfan.
Irfan yang kelahiran Desa Boboh, Kecamatan Menganti, Gresik menilai, tingkat polusi yang terjadi akibat industrialisasi di Gresik sudah cukup mengkhawatirkan.
Terlebih Irfan dan rekan-rekannya di Komunitas Gresik Movie sempat membaca sebuah hasil survei, bila tingkat polusi yang ada di Gresik menjadi salah satu yang tertinggi di Jawa Timur.
Berbekal pemikiran tersebut, Irfan kemudian membingkainya menjadi film Gemintang. Menggambarkan susahnya kedua pemeran utama dalam melihat bentuk nyata bintang di angkasa dari wilayah Gresik, lantaran tertutup kabut asap dari polusi pabrik-pabrik yang berdiri di Gresik.
Balik layar
Kendati hanya berdurasi sekitar 10 menit, namun dibutuhkan proses panjang, perjuangan dan kerja keras dari Irfan maupun kru dari Komunitas Gresik Movie. Dengan awal mula cerita film Gemintang, dikatakan oleh Irfan sudah terbayang sejak tahun 2017 silam.
“Kalau pra film itu saya sudah mulai sejak 2017, masih sebatas cerita. Terus saya mulai wujudkan itu pada 2020, karena saat itu ada Festif (festival film indie yang digelar oleh Kemenparekraf, saat dipimpin Wisnutama),” tutur Irfan.
Melalui agenda Festif pada 2020 itulah, film Gemintang menjadi salah satu yang terpilih, dari total 20 proposal yang masuk dalam kriteria panitia. Sehingga kemudian mendapatkan hadiah berupa uang tunai, yang lantas digunakan sebagai biaya pembuatan film Gemintang sesuai cerita.
“Biaya produksi film habis Rp40 sampai Rp45 juta, itu termasuk uang kami sendiri. Dengan dua pemeran utama, cewek Qaireen Khansa Prawiro dan cowok Muchammad Baidlowie Azhari, yang sama-sama masih kelas II SD,” kata Irfan.
Kedua bocah pemeran utama dalam film Gemintang tersebut, dijabarkan oleh Irfan merupakan hasil seleksi yang terpilih, dari 15 anak yang sempat ikut mendaftar. Di mana kru yang terlibat hingga terwujudnya film Gemintang, total sebanyak 35 orang.
“Untuk syuting filmnya hanya tiga hari secara berturut-turut. Namun untuk produksinya, kemarin itu sampai tiga bulan,” ucap Irfan.
Meski syuting pembuatan film Gemintang hanya berlangsung selama tiga hari berturut-turut, namun ada cerita kenangan tersendiri yang dirasakan. Baik dirasakan oleh Irfan maupun produser film, Sandi Ananta (29) pada saat pembuatan film.
“Ketika pembuatan film itu, tiga hari syutingnya kan malam hari, mulai pukul 19.00 hingga 24.00 WIB. Dengan itu memberikan tantangan tersendiri bagi kami yang terlibat,” kata Sandi.
Tantangan pertama yang dihadapi adalah, dikarenakan mengajak pemeran utama film yang masih anak-anak untuk syuting pada malam hari, selama tiga hari berturut-turut. Bahkan, pada syuting hari kedua, baik kru dan pemeran film Gemintang sempat dicegah oleh segerombolan remaja yang tengah mabuk, agar tidak jadi mengambil syuting di sekitar lokasi.
“Tapi setelah kami ajak ngomong baik-baik, mereka (remaja yang tengah mabuk) akhirnya mengizinkan. Dengan hari ketiga, yang semula tidak terlihat mendung, tiba-tiba turun hujan deras di lokasi syuting yang membuat kru harus lembur hingga pukul 02.00 dinihari WIB,” tutur Sandi.
Rambah internasional
Usai ditetapkan terpilih menjadi salah satu yang terbaik dalam official selection FSM untuk periode Februari 2022, baik Irfan maupun rekan-rekannya di Komunitas Gresik Movie sepakat, bila film Gemintang mulai coba diikutsertakan dalam ajang kejuaraan internasional. Sudah ada beberapa festival bertaraf internasional, yang coba mereka ikuti.
“Sudah mulai coba ikutan lomba di festival yang diadakan untuk jenjang internasional. Kemarin sudah daftar even di Bali yang diperuntukkan untuk internasional, juga sudah daftar festival film yang diadakan pihak di Italia, Hollywood (Amerika Serikat) dan Qatar,” ujar Sandi.
Namun belum diketahui, apakah film Gemintang tersebut bakal mampu bersaing dengan karya lain dari penjuru dunia dalam ajang perlombaan tingkat internasional yang diikuti. Kendati Sandi mengaku, inilah kali pertama mereka mengikuti festival film dengan tingkat internasional.
Kisah sedih
Namun di balik gegap gempita dan suka cita, usai film Gemintang terpilih dalam official selection FSM untuk periode Februari 2022 yang diselenggarakan Kemenparekraf, sempat terselip kisah sedih yang dialami oleh pemeran cowok dalam film pendek itu, Muchammad Baidlowie Azhari.
“Karena Muhammad Azhar, bapak dari pemeran cowok yang ada dalam film Gemintang (Muchammad Baidlowie Azhari), meninggal dunia sekitar dua atau tiga hari setelah syuting hari terakhir dilaksanakan,” kata Sandi.
Sehingga selain duka mendalam yang sempat dirasakan, Komunitas Gresik Movie juga turut mempersembahkan raihan prestasi film Gemintang dari Kemenparekraf kemarin terhadap sosok almarhum Muhammad Azhar, orangtua dari Muchammad Baidlowie Azhari.
“Sebab almarhum belum sampai menyaksikan, film yang dibintangi oleh anaknya dapat penghargaan dari Kemenparekraf,” sahut Irfan.
Gresik Movie
Lebih jauh mengenai Komunitas Gresik Movie yang dinaungi oleh Irfan dan Sandi, sebenarnya sudah ada dan eksis sejak 2011 silam. Dengan hingga saat ini, sudah sekitar 32 karya film pendek yang berhasil mereka hasilkan, termasuk film Gemintang.
“Awalnya itu ada delapan orang yang ikut mendirikan komunitas ini, termasuk saya dan Irfan. Kami semua satu kampus, namun dari tiga angkatan berbeda. Kesemuanya warga Gresik,” ucap Sandi.
Seiring perjalanan waktu, anggota Komunitas Gresik Movie terus bertambah hingga berjumlah puluhan orang saat ini. Kendati untuk mereka yang aktif, yang sehari-hari meluangkan waktu berkunjung ke markas di kompleks Perumahan BP Wetan hanya sekitar sembilan hingga sepuluh orang.
“Aslinya memang banyak, sampai puluhan orang bahkan. Tapi kalau ngomong yang aktif, biasa rutin ke sini, ya cuma sekitar sembilan atau sepuluh orang saja. Lainnya baru datang, pas kalau ada acara atau ada kerjaan yang kami buat ramai-ramai kayak film Gemintang kemarin,” tutur Irfan, yang sempat menimba ilmu di Airlangga Broadcast Education, Surabaya.
Apresiasi Kemenparekraf
Selain penghargaan dan hadiah uang tunai, sebagai bentuk apresiasi Kemenparekraf terhadap film Gemintang maupun Maramba, juga ditayangkan pada kanal youtube resmi milik Kemenparekraf. Penayangan terhitung sejak awal bulan ini, hingga akhir Maret 2022 mendatang.
Di samping itu, Kemenparekraf telah menyiapkan penayangan poster kedua film tersebut di area gedung. Meliputi lift, lobi lantai 1, depan kantin lantai 1, dan lobi-lobi lantai 2 sebagai bagian dari ekshibisi. Di mana film terpilih di youtube resmi Kemenparekraf dengan jumlah viewers terbanyak, nantinya akan mendapat hadiah tambahan berupa uang tunai. (Lono)