Meretas Pasangan Calon Dalam Pilkada
Fajar Yulianto, Direktur LBH FT mengajak Masyarakat cerdas menentukan Pilihanya.
Teks Foto : Fajar Yulianto, Direktur LBH FT
GRESIK, DORRONLINENEWS.com –
Pilkada serentak yang rencana akan di gelar pada 9 Desember 2020, saat ini di sana sini telah menggeliat dinamika dukung mengusung oleh Partai Politik juga sudah merealisasikan Koalisi koalisi diantara partai yang ada.
Kasak kusuk suara pendukung sudah mempersiapkan materi dan mengumpulkan berbagai pembekalan untuk memperkuat diri dan bekal untuk memukul lawan.
Ada beberapa parameter bagaimana Masyarakat dalam menentukan pilihan Calonnnya agar tidak tertipu janji manis para calon. Setidaknya perlu diingat seberapa tinggi nilai integritas, kualitas dan penguasaan komunitas.
Khususnya dalam pilkada yg di ikuti oleh Incumbent yang tentunya akan berhadapan dengan Newcumbent, ada beberapa hal yang perlu diketahui, sebagai indikator yang kemudian untuk menentukan pilihannya.
*Montesquieu* dalamThe Spirit of Law bahwa dalam Kekuasaan ada 3 hal kecenderungan ; 1. Mempertahankan kekuasaannya , 2. Memperbesar Kekuasaannya dan 3. Memanfaatkan Kekuasaan.
Hal ini senada dan lebih ekstrim lagi bagaimana seorang Ilmuwan
*Lord Acton* mengemukakan kekuasaan cenderung untuk korups ” Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely “.
Nah dari sini masyarakat bisa menilai sejauh mana calon incumbent Integritas (Elektabilitas) , kualitas calon Incumbent ini selama memimpin dan respon Masyarakat terhadap hasil karya nyata, apakah banyak mengecewakan, apakah banyak keluh kesah karena banyak kebijakan yang tidak berpihak pada Masyarakat sampai harus dapat di lihat apakah karya istimewa yang berdampak nilai kepuasan terhadap Masyarakat.
Keuntungan Calon Incumbent sudah punya modal dalam penguasaan Sistim birokrasi yang dapat di gerakkan dan tentu kecenderungan Penguasa pastikan akan mendukung Calon yang akan meneruskan estafet kekuasaanya.
Disisi lain Calon Newcumbent, juga sama harus di lihat dengan cermat. Oleh karena Calon ini bisa jadi sama sekali pendatang baru di dunia politik dan jam terbang sebagai leadership juga masih minim /rendah, Elektabilitas belum terbentuk, apalagi belum pernah menduduki dunia birokrasi, rekam jejak terkait Integritas, kualitas sampai penilaian kepiawaian dalam komunikasi publik, hal ini tentu tidak menutup kemungkinan jika terpilih juga diperlukan adaptasi yang tidak mudah, pasti akan tergagap gagap jika tidak mempunyai Tim Staf Ahli yang tepat dan handal untuk membantu tata kelola Pemerintahan.
Artinya Masyarakat pendukung Newcumbent ini walaupun dengan Spekulatif tapi haruslah spekuliatif yang benar benar terukur, visioner serta dapat dipastikan membawa perubahan.
Sehingga setidaknya dalam menentukan pilihanan “Jika ada dua calon yang sama sama baik, maka pilihlah calon yang lebih sedikit keburukkanya, dan jika ada dua calon yang sama sama buruk maka pilihlah calon yang terbanyak kebaikannya”.
Mari kita menentukan pilihan dengan cermat dan tetap menjunjung tinggi praktek berdemokrasi yang sehat. ***