Petani Harus Paham, Pupuk Ilegal Dengan Pupuk Resmi
Teks Foto : Lokasi produksi pupuk ilegal Kawan Tani Sejati yang berada di Wadeng, Kecamatan Sidayu, Gresik di police line
GRESIK, DORRONLINENEWS.COM – Peredaran pupuk ilegal sering memusingkan para petani utamanya para petani yang kurang paham akan pupuk dan apalagi petani buta hurup, asal beli saja. Namun hasilnya tidak bisa seperi yang asli.
Proses produksi pupuk ilegal itu sudah ada sejak lama, kurang lebih hampir 10 tahun lalu. Dahulu, produsen pupuk ilegal di wilayah Sidayu hanya sebatas hitungan jari.
Makin lama kian menjamur dan sudah menjadi rahasia umum. Lokasinya, ada yang berada di tepi jalan Pantura, akses jalan desa. Bentuknya mulai bangunan permanen hingga semi permanen seperti kandang ayam.
Miris di saat masih ada petani mengeluhkan distribusi pupuk bersubsidi. Ada pihak-pihak sengaja memproduksi pupuk ilegal tanpa izin edar dengan kemasan hampir mirip mencatut logo Petrokimia Gresik untuk mengelabuhi petani.
Praktik produksi pupuk ilegal ini tumbuh subur di Desa Wadeng, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Pupuk ilegal itu menyasar pasar di luar Pulau Jawa, seperti ; Kalimantan ; Sumatera. 1 ton pupuk ilegal dijual Rp 1,2 juta, padahal biaya produksinya hanya Rp 250 ribu. Bisa dibayangkan keuntungan yang didapat.
Kandungan pupuk ilegal itu adalah clay, dolomit, asam dan pewarna. Dimasukkan ke dalam bungkus pupuk yang telah disablon seolah-olah mirip pupuk bersubsidi.
Meski produsen pupuk ilegal itu telah diamankan polisi, namun mereka masih beroperasi. Usut punya usut, para produsen pupuk ilegal ini memiliki lebih dari satu gudang. Jadi, produksi pupuk ilegal masih terus berjalan. Mereka berani mengganti CV dan lain sebagainya.
Padahal, pupuk ilegal itu ada logo Phonska, SP-36, Kepala Kerbau, layaknya pupuk resmi Petrokinia Gresik dan Pupuk Indonesia. Meski hanya berbekal sablon mereka berani memasang logo SNI, izin Kementerian Pertanian, logo dan lokasi produksi tertera Gresik.
Tidak sampai disitu, tercantum kandungan tanpa prosentase, sehingga sangat diragukan keasliannya. Pemalsuan ini melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Mereka memproduksi pupuk ilegal lalu dipasarkan ke luar Jawa, bahkan secara daring diunggah di akun facebook.
Di akhir tahun 2021, Polres Gresik telah berhasil menggagalkan 12 ton pupuk siap edar dari salah satu gudang di Kecamatan Sidayu, Gresik. Rinciannya 10 ton pupuk non subsidi berjenis SP-36 dengan kemasan CV Kawan Tani Sejati dan 2 ton pupuk warna hitam yang belum dikemas.
Peredaran pupuk palsu itu digagalkan di SPBU di wilayah Sidayu. Truk bernopol BG 8258 YC itu tertutup terpal memuat 200 sak pupuk tidak ber-SNI dengan berat masing-masing 50 kilogram.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Gresik, Syahrul Munir angkat bicara terkait maraknya produsen pupuk ilegal di Sidayu. Meskipun sudah ada yang ditangkap polisi, masih saja ada yang beroperasi.
“Kita dukung penegakan hukum untuk produsen pupuk ilegal di Gresik. Sebenarnya agak miris juga karena Dinas Perizinan DPM PTSP di Gresik sangat terbuka dan kooperatif untuk pengurusan izin berusaha di Gresik. Harusnya pelaku usaha bisa akses itu dengan maksimal dengan datang ke Mal Pelayanan Publik,” terang Syahrul.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Gresik, Hamzah Takim mengaku prihatin melihat masih beroperasinya pupuk ilegal. Sektor pertanian di Gresik sudah diakui dan mendapat banyak penghargaan. Termasuk penghargaan Abdi Bakti Tani.
Meskipun dikenal sebagai daerah industri, Gresik mampu menghasilkan beras 264 ribu ton. Sangat disayangkan jika masih ada oknum yang beroperasi memproduksi pupuk ilegal, karena sangat merugikan petani.
Hamzah menegaskan jika pupuk yang beredar memang sengaja memiliki kemiripan. Mulai dari nama yang dibuat mirip, warna dan lain sebagainya, apapun itu namanya tetap ilegal.
“Bahwa apapun yang berbau tidak sama dengan kenyataan sama dengan ilegal. Siapapun pelakunya, karena merugikan petani,” imbuh Hamzah Takim.
Camat Sidayu, Nuryadi saat dikonfirmasi terkait maraknya pupuk ilegal mengaku tidak tahu menahu.
“Saya tidak tahu, ada grebekan atau apapun saya tidak tahu,” kata Nuryadi saat dihubungi melalui sambungan seluler. (Lono)