Ekonomi dan Bisnis

Penjualan perdana Green Surfactant 7.000 liter tujuan KSO Pertamina EP-Samudra Energy BWP Meruap di Sarolangun, Provinsi Jambi

Teks foto : Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo memberangkatkan Penjualan perdana Green Surfactant 7.000 liter tujuan KSO Pertamina EP-Samudra Energy BWP Meruap di Sarolangun, Provinsi Jambi

GRESIK, DORRONLINENEWS.COM – Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia melakukan penjualan perdana Green Surfactant sebanyak 7.000 liter kepada KSO Pertamina EP-Samudra Energy BWP Meruap di Sarolangun, Provinsi Jambi, Selasa (4/5).

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menjelaskan bahwa Green Surfactant produksi Petrokimia Gresik bekerja sama dengan Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) Institut Pertanian Bogor (IPB) ini merupakan satu-satunya produk surfaktan dalam negeri.

Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka minyak / lemak) sehingga dapat menyatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Selain digunakan untuk bidang farmasi dan industri pembersih seperti detergen, surfaktan juga digunakan untuk keperluan eksplorasi minyak bumi dengan metode Improved Oil Recovery (IOR) dan Enhanced Oil Recovery (EOR).

“Green Surfactant merupakan terobosan penting yang dapat mendukung industri minyak dan gas (migas) di tanah air agar semakin efisien dan ramah lingkungan”, ujar Dwi Satriyo.

Secara teknis, surfaktan akan diinjeksikan ke dalam bumi. Minyak bumi yang masih menempel di bebatuan akan terlepas dan lebih mudah disedot dengan pompa. Sehingga surfaktan ini mampu meningkatkan produktivitas sumur minyak bumi, bahkan mampu mengeluarkan minyak mentah dari lapangan atau sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi lagi.

“Pengeboran minyak suatu saat akan turun produktivitasnya, meskipun cadangan yang ada di dalam sumur masih banyak. Ini terjadi karena minyak menempel pada bebatuan atau lainnya. Dengan menggunakan Green Surfactant akan ada biliunan barel minyak yang awalnya ditinggal karena susah disedot sekarang bisa dioptamilasisasi,” ujarnya.

Green Surfactant akan menggantikan penggunaan surfaktan berbasis hydrocarbon yang umum digunakan industri migas di Indonesia. Dimana surfaktan berbasis hydrocarbon ini harus diimpor dari luar negeri dengan harga yang lebih mahal dan fluktuatif karena dipengaruhi harga Crude Oil dunia.

“Oleh karena itu, Green Surfactant memiliki potensi pasar yang besar mengingat harganya lebih kompetitif dan lebih ramah lingkungan. Di sisi lain sumur migas di Indonesia juga sangat banyak,” ujar Dwi Satriyo,

Sementara itu, dalam hal pemasaran, Petrokimia Gresik mendapat dukungan marketing and technical assistance dari Komunitas Migas Indonesia (KMI). Setelah pengiriman ke KSO Pertamina EP-Samudra Energy BWP Meruap, selanjutnya Petrokimia Gresik akan melakukan pengiriman Green Surfactant dengan volume 3.500 liter ke Sumur Kawengan Cepu, Provinsi Jawa Tengah.

“Ini menjadi bukti Green Surfactant produksi Petrokimia Gresik sangat diminati industri migas di tanah air,” tandasnya.

Saat ini kapasitas produksi Green Surfactant Petrokimia Gresik mencapai 600 kiloliter (kL) per tahun. Melihat potensi pasar yang masih sangat terbuka lebar, Dwi Satriyo berharap ke depan produksi Green Surfactant dapat ditingkatkan tidak lagi sekadar mini plant, tetapi dalam skala yang lebih besar lagi.

Terakhir, Dwi Satriyo menyatakan hadirnya produk Green Surfactant ini juga menjadi bentuk dukungan Petrokimia Gresik terhadap target produksi crude oil 1 juta barrel per hari yang dicanangkan oleh pemerintah melalui SKK Migas.

“Selain itu, kerja sama ini juga menjadi salah satu wujud dan peran bersama dalam membangun kemandirian bangsa serta dalam rangka mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan bahan penolong, salah satunya Surfaktan”, tandas Dwi Satriyo. (Lono)

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close