Pendidikan

Ketua Korcab V  DJA II Adakan Pelatihan Botanical Ecoprint Teknik 

Lantamal V

Teks Foto : Ketua Korcab V  DJA II Ny. Yoeliana Tedjo Sukmono usai  Pelatihan  Botanical Ecoprint Teknik bersama peserta 

SURABAYA, DORRONLINENEWS.com – Ketua Korcab V Daerah Jalasenastri Armada ll Ny. Yoeliana Tedjo Sukmono beserta Staf pengurus menyelenggarakan pelatihan botanical ecoprint teknik yang digelar di GSG Mako Lantamal V, selasa (10/03/2020).

Menurut Ny. Yoeliana Botanical ecoprint teknik adalah teknik memberikan mode atau corak warna ke kain secara alami, kreatif hingga dapat menghasilkan produk yang benar-benar bagus secara alami.

Lebih lanjut menurutnya“Serat alami dipilih karena mampu menyerap warna dengan baik. Serat alami kelompok selulosa misalnya katun, linen, goni, kulit kayu, sedangkan, kelompok protein misalnya sutera, wol maupun kulit binatang.”

Langkah pembuatan ecoprint diawali dengan pengolahan kain atau mordanting yaitu perendaman kain menggunakan air tawas selama tiga hari. Sisa air tawas tidak dibuang begitu saja tetapi bisa dimanfaatkan untuk membersihkan kamar mandi. “Proses mordanting ini untuk mempertahankan warna bahan atau kain dan membuka pori-pori agar motif tercetak dengan sempurna,” terang Yoeliana.

Selanjutnya proses pencetakan dengan cara merentangkan kain setengah basah kemudian daun yang telah dipilih, ditata sedemikian rupa kemudian dipukul pukul dengan palu atau batu. Kekuatan dalam memukul harus dikendalikan agar daun tidak hancur dan warna meresap dengan baik pada kain.

Kemudian kain digulung pada kayu dengan mempertahankan posisi daun agar tidak bergeser. Setelah itu diikat kencang. Tahapan selanjutnya adalah pengukusan selama 2 jam. Pengukusan ini bertujuan agar warna dasar daun keluar.

Setelah proses pengukusan selaesai, kain dibiarkan selama 3 hari, kemudian kain dibuka, dibersihkan dari sisa-sisa daun yang menempel di kain, maka motif sudah tercetak di kain. “Selalu terjadi kejutan pada tahap ini karena warna, motif tidak selalu sama dengan apa yang dibayangkan sebelumnya,” kata Yoeliana.

Proses terakhir adalah fiksasi dilakukan dengan merendam kain dengan air tawas dengan tujuan mengikat motif dan warna agar tidak luntur. Setelah itu kain dicuci menggunkan lerak dan dijemur di terik matahari.

“Di sinilah letak seni dan keunikan ecoprint, karena baik warna maupun motif tidak bisa diulang sekalipun bahan dan proses pembuatan sama,” ungkap Yoeliana yang juga membuka untuk pelatihan pembuatan batik ecoprint ini. (Penmal V/Lono)

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close