Lestarikan Tradisi Spiritual Leluhur, Ribuan Warga Pejangganan Gresik Tumpah Ruah Ikuti Puncak Haul Mbah Jogo Reso ke-77

GRESIK, DORRONLINENEWS.COM – Ribuan warga Desa Pejangganan Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur dalam suasana khidmat mengikuti Puncak Haul Mbah Jogo Reso ke-77 dan Mbah Lintang Kuning ke-7 serta para sesepuh desa yang di halaman Masjid Baitul Muti’in desa setempat pada Jum’at (26/07/2025).
Pelaksanaan peringatan Mbah Jogo Reso dan Lintang Kuning yang merupakan tokoh legendaris “pembabat alas” atau leluhur desa Pejangganan Kecamatan Manyar Gresik, kali ini terbilang istimewa karena dilaksanakan usai sholat Jum’at di Minggu terakhir bulan Muharram 1447 H.
Di momen puncak rangkaian peringatan Haul Leluhur Desa Pejangganan Kecamatan Manyar tahun ini mengelar pengajian umum dengan menghadirkan KH. Mas’ud Irfan yang dikenal Gus Gondrong dari Bojonegoro dan group Hadrah Nur Muhammad..
Adapun rangkaian haul berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Sebelumnya pada Rabu (23/07/2025) dengan acara Istighosah, dilanjutkan Kamis (25/07/2025) dengan Khotmil Qur’an dan doa bersama, dan Jumat (26/07/2025) ditutup dengan pengajian umum.
Penjabat (Pj) Kepala Desa Pejangganan Agus Candra menyampaikan menyampaikan kegiatan haul ini menjadi agenda yang digelar rutin setiap tahun. Selain untuk menghormati dan mengenang jasa para leluhur juga melestarikan tradisi spiritual yang telah berlangsung secara turun-temurun.
Lebih lanjut, Agus Candra mengungkapkan kegiatan haul ini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga momentum untuk mempererat silaturahmi dan memperkuat kerukunan antarwarga.
“Melalui Haul ini, kami yakin akan membawa keberkahan bagi warga desa Penjangganan, juga menjadi ajang silaturahmi dan merukunkan antar warga,” ujar Agus Candra.
Sementara itu, Jumadi, tokoh masyarakat sekaligus Ketua BPD Desa Pejangganan menuturkan Mbah Jogo Reso dan Mbah Lintang Kuning dikenal sebagai leluhur yang “Babat alas” dan menyebarkan agama Islam di desa Pejangganan.
Salah satu peninggalan yang kini masih dijaga dan dilestarikan yakni surau atau langgar ditepi sendang yang sumber airnya tidak pernah surut. Hingga kini airnya masih dimanfaatkan warga dimusim kemarau.
“Sumber airnya tidak pernah surut, warga sering mengambil air untuk mandi dan menyirami tanaman waktu kemarau,” tutur Jumadi.
Sebagai Informasi, dari literasi Babat Leluhur Desa Pejangganan, Mbah Jogo Reso berasal dari Mataram-Surakarta dan merupakan murid dari Raja Mataram pertama yang dikenal dengan Pangeran Samber Nowo yang lahir pada tahun 1461.
Kisah perjalanan hidupnya hingga akhirnya sampai di desa Pejangganan terjadi pada saat Bubat (perang saudara di kerajaan Majapahit) beliau terpisah dari para prajurit.
Beliau pun mengembara tak tentu arah. Setelah menempuh perjalanan jauh, ditengah letih dan haus. Beliau pun menemukan sumber air yang kemudian dibuat sendang dan mendirikan gubuk ditepi sendang tersebut.
Singkat cerita, Mbah Jogo Reso pada satu waktu bertemu dengan Sunan Dalem putra dari Sunan Giri. Karena ada ketidak sepahaman akhirnya terjadi pertarungan.
Meski Mbah Jogo Reso bisa mengalahkan Sunan Dalem karena mempunyai kelebihan ilmu kanuragan. Namun akhirnya mereka menjadi teman dan saling mengakui kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Bahkan keduanya pun sering berbincang permasalah agama. Sebelum berpisah, Mbah Jogo Reso pun memeluk agama Islam dan terus berjuang menyebarkan agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1747 dan dimakamkan disebelah barat desa Pejangganan.(Ono)