Haul Mbah Kiyai Muhamad Yasir Pendiri Masjid Al Mujahidin Karanganom

LUMAJANG,DORRONLINENEWS.COM – Masyarakat dusun Tambakrejo Barat, desa Karanganom, kecamatan Pasrujambe, kabupaten Lumajang, kembali memperingati Haul ke-68 Mbah Kiyai Muhamad Yasir dan Mbah Abdul Qohar, dua tokoh ulama kharismatik sekaligus pendiri Masjid Al Mujahidin. Acara tersebut digelar dengan khidmat dan penuh rasa syukur oleh warga setempat pada Senin (09/06/2025).
Haul ini menjadi momentum penting untuk mengenang jasa-jasa para pendiri masjid sekaligus ulama pejuang yang telah meletakkan dasar keislaman dan kebudayaan di wilayah Tambakrejo Barat. Mbah Kiyai Muhamad Yasir dan Mbah Abdul Qohar dikenal sebagai tokoh penyebar dakwah Islam yang berpengaruh di masa penjajahan Belanda.
Menurut para sesepuh desa Karanganom, Masjid Al Mujahidin yang berdiri sejak era kolonial Belanda diyakini sebagai masjid tertua di wilayah kabupaten Lumajang. Masjid ini menjadi saksi bisu perjuangan spiritual dan sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai keislaman di tengah tekanan penjajah.

Dalam peringatan haul tahun ini, rangkaian acara dimulai dengan pembacaan tahlil, doa bersama, serta tausiyah oleh Gus Jaenal Wafa pengasuh ponpes Rowotengu, Tanggul Kulon, Jember dan para ulama setempat. Haul juga dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, para santri, serta warga dari berbagai dusun di sekitar Karanganom.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan kepada para pendiri masjid, tetapi juga sebagai ajang mempererat tali silaturahmi dan membangun semangat kebersamaan antarwarga. “Haul ini bukan hanya mengenang, tapi juga meneladani. Semangat perjuangan dan keikhlasan Mbah Yasir dan Mbah Abdul Qohar dalam berdakwah semoga menjadi inspirasi bagi generasi muda”, ujar salah satu panitia haul.
Masjid Al Mujahidin kini tetap berdiri kokoh melalui proses perbaikan dan terus menjadi pusat kegiatan keagamaan di wilayah Tambakrejo Barat. Semangat perjuangan para pendirinya terus hidup dalam aktivitas jamaah yang istiqomah menjaga nilai-nilai Islam dan tradisi keilmuan. (Jwo)