Peristiwa

Dengan Swadaya Masyarakat Jembatan Darurat Penghubung Dua Dusun Di Desa Karanganom Dibangun

LUMAJANG,DORRONLINENEWS.COM – Setelah mangkrak selama dua tahun, jembatan penghubung dua dusun di desa Karanganom, kecamatan Pasrujambe akhirnya mulai dibangun jembatan darurat dari bambu. Kelompok Tani “Harapan Satu” bersama warga setempat menggelar kerja bakti membangun jembatan darurat dari bambu pada Minggu (08/06/2025).

Jembatan tersebut menghubungkan dusun Krajan dan dusun Tambakrejo Timur, sebelumnya rusak berat akibat banjir besar yang melanda wilayah itu dua tahun lalu. Sejak saat itu, akses pertanian dan aktivitas warga terganggu karena belum adanya perbaikan dari pihak terkait. Dulunya jembatan tersebut dibiayai dengan dana PNPM, senilai 150 juta dua tahun lalu terkena banjir dan habis total.

Dengan semangat gotong royong, puluhan anggota kelompok tani dan warga bergotong royong memotong bambu, memasangnya, dan memperkuat struktur jembatan darurat. Meski hanya bersifat sementara, jembatan ini diharapkan bisa kembali membuka akses warga ke lahan pertanian dan fasilitas umum lainnya. Setidaknya bisa diakses kendaraan roda dua, untuk fasilitas warga yang ke lahan pertanian.

Ketua HKTI Muldoko kabupaten Lumajang masa jabatan sampai 2027, Iskhak Subagio SE selaku penggerak kelompok tani Harapan Satu saat dikonfirmasi awak media mengatakan, bahwa hari ini dirinya menggerakkan masyarakat dalam bentuk swadaya menggelar kerja bakti membangun jembatan darurat. “Karena ini jembatan usaha tani, kalau ini tidak segera dilakukan pembangunan, maka para petani ini biayanya akan meninggi”, ujar Iskhak disela kegiatan kerja bakti.

“Sudah terlalu lama kami kesulitan akses jalan ke lahan pertanian, harapan kami ini bisa menjadi langkah awal agar pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan infrastruktur di desa ini. Termasuk pasca panen, saat mereka panen mereka harus memutar. Yang harusnya ongkos hanya 15 ribu sekarang bisa jadi 50-60 ribu, ini yang menjadi perhatian kami bahwa kedepan masyarakat ini harus aktif untuk melaksanakan kerja bakti dalam bentuk swadaya masyarakat”, ungkapnya.

Pembangunan jembatan ini menggunakan bahan seadanya seperti bambu, kayu, dan tali tambang, namun cukup kokoh untuk dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Warga berharap, dengan adanya jembatan darurat ini, akses ke ladang dan sawah dapat kembali lancar, serta menjadi perhatian pemerintah untuk pembangunan jembatan permanen ke depannya.

Ketua kelompok tani “Harapan Satu” Krajan Timur, Yulianto kepada awak media mengatakan, bahwa kegiatan kerja bakti membangun jembatan darurat tersebut nantinya bisa memperkecil kos biaya pertanian. “Kalau dulu biaya panen cuma 10 ribu biaya angkut, sedangkan sekarang dengan putusnya jalan usaha tani (JUT) itu bisa menjadi 60 ribu perkarung. Disamping jembatannya putus, gorong-gorong juga hancur semuanya tidak bisa dilalui”, terang Yulianto.

“Bulan depan ini kan sudah mulai panen, jadi masyarakat bergotong royong mempercepat pembangunan jembatan darurat. Dengan tiadanya jembatan ini, petani juga terhambat dalam pengendalian hama tikus. Jadi untuk pengendalian juga sulit, ratusan petani yang terdampak putusnya JUT ini. Disini penanaman hanya padi, tidak tanaman yang lainnya. Sekarang pemerintah kan gembar-gembor swasembada pangan, ternyata sampai sekarang jembatan tidak ada perbaikan”, pungkasnya. (Jwo)

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close