Peristiwa

Dianggap Sebagai Biang Kerusakan Lahan Pertanian Warga Gumukmas Tuntut Penutupan Tambak

JEMBER,DORRONLINENEWS.COM – Warga desa Kepanjen dan Mayangan, kecamatan Gumukmas, kabupaten Jember, akhirnya bersuara lantang. Puluhan tahun menderita akibat pencemaran lingkungan, mereka menuntut penutupan tambak limbah yang dianggap sebagai biang kerusakan lahan pertanian seluas kurang lebih 200 hektar, yang kini tak lagi bisa ditanami padi, Jum’at (09/05/2025).

Menurut penuturan warga kepada awak media, bahwa permasalahan ini sudah berlangsung sejak sekitar tahun 1997. Awalnya hanya dampak ringan, namun semakin lama pencemaran memburuk hingga mengakibatkan lumpuhnya aktivitas pertanian. Berbagai upaya mediasi telah dilakukan, namun tidak membuahkan hasil. Warga mengaku sudah jenuh dengan janji dan mediasi tanpa ujung.

Akhirnya warga gelar aksi, mendatangi langsung pintu utama tambak DBS untuk menyampaikan aspirasi. Mereka meminta seluruh karyawan keluar demi keamanan, sekaligus memastikan lokasi tidak lagi beroperasi. Aksi dilakukan secara damai, tanpa kekerasan maupun pengrusakan, bahkan listrik tambak sempat dimatikan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Arif, salah satu tokoh masyarakat dalam aksi tersebut menyampaikan, bahwa warga bukan anti-investasi, tetapi menolak aktivitas industri yang merusak alam dan kehidupan petani. “Kami ini petani. Kalau sawah dirusak dan tidak bisa ditanami, lalu kami mau makan apa? Ini urusan perut. Maka tambak ini harus ditutup, dan perusahaan wajib bayar ganti rugi”, tegasnya.

Dikatakan Arif saat dikonfirmasi awak media, bahwa warga juga menuntut kejelasan dari Pemerintah Kabupaten Jember, khususnya Bupati. Surat resmi telah dilayangkan dua pekan lalu, namun hingga kini belum ada tanggapan langsung dari orang nomor satu di Jember itu. Masyarakat berharap Bupati segera bersikap tegas dan memihak rakyat kecil.

Selama ini, warga juga mempertanyakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dianggap tidak menyentuh masyarakat terdampak secara adil. Dari ratusan warga terdampak, hanya segelintir yang mendapat manfaat. Hal ini dinilai semakin mempertegas ketimpangan perlakuan oleh perusahaan terhadap masyarakat.

Jika tuntutan tidak digubris, warga mengancam akan melakukan aksi lanjutan dengan massa yang lebih besar. Mereka meminta agar Bupati Jember menutup tambak limbah secara permanen dan mencabut izin operasionalnya. “Jangan sampai petani yang menutup paksa karena pemerintah tidak berani. Ini akan jadi preseden buruk bagi komitmen daerah terhadap kedaulatan pangan”, ujar salah satu petani peserta aksi damai tersebut. (Rus-Jwo)

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close