Tahun Baru Imlek 2576 Nuansa Shio Ular Kayu
Catatan: HM Yousri Nur Raja Agam
“Xin Nian Kuai Le” dan “Gong Xi Fa Chai”
TAHUN Baru Imlek 2576 Cia Gwee, jatuh pada hari ini, Rabu, tanggal 29 Januari 2025. Inilah tahun baru China yang posisinya mirip dengan Tahun Baru Imlek 2575 se tahun yang lalu. Kalau tahun 2575 lalu, shionya Naga Kayu, maka tahun 2576 sekarang shionya Ular Kayu. Berbagai ornamen pada tahun 2576 ini nuansa merahnya menggambarkan Ular-Kayu.
Pada tahun 2024 lalu, Tahun Baru Imlek bertepatan dengan tanggal 10 Februari 2024. Waktu itu, dua hari sebelumnya, yakni 8 Februari, perayaan Tahun Baru Imlek, beriringan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Uniknya lagi hari besar Isra’ Mi’raj itu dirayakan Umat Islam, tanggal 27 Rajab 1446 Hijrah ini, kebetulan juga tanggal 27 — yaitu Januari 2025 Masehi.
Nah pada Kalender atau Almanak kita di Indonesia, angka hari besar nasional, pada tanggal itu dicetak berwarna merah. Tanggal dengan angka merah berselang-seling. Sebagai pertanda “hari libur resmi” yang dampaknya menjadi “libur panjang”.
Coba lihat angka 10 Februari 2024, dicetak dan disebut “tanggal merah”. Awal tahun Imlek 2575. Bahkan, juga dinyatakan sebagai “libur panjang”, seperti tahun 2025 ini. Sama dengan tahun lalu, tanggal 8 Februari 2024, peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW tanggal 27 Rajab 1445 Hijrah.
Tahun Baru China tahun 2025 ini dengan shio Ular Kayu. Shio diyakini masyarakat China atau Tionghoa sebagai lambang
Juga dinyatakan sebagai simbul kehidupan pembanding bagi manusia.
Jika menilik ke kebudayaan China, jenis binatang melata bernama Ular ini adalah makhluk sejenis “naga”. Shio tahun lalu adalah Naga Kayu. Naga adalah jenis ular raksasa yang sangat dikeramatkan di negara Tirai Bambu itu.
Konon di tahun berlambang shio Naga atau “ular raksasa” itu, digambarkan sebagai pembawa keberuntungan yang hebat luar biasa. Berdasarkan astrologi China itu, apakah ada perubahan dari Naga sebagai hewan raksasa ke tahun 2576 berelemen Ular Kayu ini? Rata-rata shio itu menjadi patokan yang berdampak pada faktor rezeki dan kehidupan.
Tahun 2024 lalu, shio Naga, binatang paling vital dan kuat. Hewan ini terkenal agresif dan percaya diri. Orang dengan shio naga diyakini memiliki karakteristik tidak takut menghadapi tantangan. Bahkan berani mengambil risiko.
Kendati tahun ini, shio Ular, juga dikaitkan dengan elemen kayu, Ular Kayu. Apa pula makna perpaduan ular-kayu itu. Pernyataannya sdalah; kayu menjadi simbol dari kekuatan, kemuliaan, kehormatan, keberuntungan, hingga kesuksesan dan kekuasaan.
Kebijaksanaan
Makna utama dari berbagai sumber mengenai Shio Ular Kayu disimpulkan dengan kebijaksanaannya.
Tahun Ular Kayu menggambarkan kombinasi dua energi yang unik. Shio ini melambangkan adaptasi yang berkembang untuk meraih keberhasilan.
Setelah membolakbalik, beberapa buku dengan artikel tentang Shio, umumnya berisi prakiraan. Macam-macam tafsir yang dikaitkan dengan 12 jenis binatang yang menjadi lambang shio.
Masyarakat China atau Tionghoa sangat meyakini, perumpamaan sifat dan perangai ke 12 jenis binatang itu dengan manusia. Sesuai tafsir astrologi Tiongkok, shio itu akan berulang setiap 12 tahun. Shio tersebut dikaitkan dengan berbagai elemen tertentu, seperti Logam, Air, Kayu, Api, atau Bumi.
Pada tahun Imlek 2576 di tahun 2025 ini, elemen yang mempengaruhi shio Ular adalah Kayu. Dari perpaduan ini, akan menambah dimensi baru pada karakteristik shio Ular-Kayu.
Ular adalah simbol kecerdasan, ketajaman, dan keberanian. Sedangkan Kayu membawa elemen pertumbuhan dan perkembangan. Gabungan keduanya dapat memberikan tahun yang penuh peluang dan transformasi bagi individu yang lahir pada tahun Ular Kayu.
Diramalkan oleh para astrolog China, bahwa tiap tahun, nasib seseorang mendapat pengaruh dari Shio dengan elemen penyertanya. Jadi sifat dan karakteristik shio tahun Ular Kayu dihubungkan dengan kebijaksanaan.
Kecuali itu, shio Ular Kayu juga dikombinasikan dengan tampilan, daya tarik, serta keahlian dalam perencanaan masa depan. Kombinasi kedua elemen ini memberikan energi yang unik. Tentunya setiap shio akan berkembang untuk meraih keberhasilan.
Perayaan Imlek
Perayaan Imlek, dimulai sejak hari pertama hingga hari ke 15. Pada saat bulan purnama, diramaikan masyarakat Tionghoa dengan perayaan Cap Go Meh. Ini disebut juga “hari suci” oleh umat Khong hucu.
Tentu anda masih ingat, perayaan Imlek ini, pernah “dibekukan” di zaman Orde Baru. Namun diaktifkan kembali pada zaman Pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Saat itu, Khonghucu “diakui” sebagai salah satu agama di Indonesia.
Ketika itulah, Matakin (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia), sertamerta mengaitkan pula, Imlek sebagai bagian dari kegiatan agama Khonghucu. Padahal , sebagian masyarakat Tionghoa menyatakan, aktivitas di awal tahun Imlek, merupakan “budaya leluhur” yang disesuaikan dengan adat istiadat. Jadi, tidak ada hubungannya dengan agama atau kepercayaan Khonghucu.
Memang, saat kami dengan beberapa wartawan berkunjung ke China, ternyata di daratan Tiongkok, para ahli berbeda pendapat. Mereka tidak menyebut Khonghucu sebagai agama. Itu hanya merupakan “sekte” dari umat Budha.
Jadi dengan tegas masyarakat Tionghoa atau China, di negaranya sendiri, menyebut Imlek bukan merupakan perayaan agama. Orang Tionghoa yang merayakannya sebagai budaya, dengan tradisi beragam, sebab punya berbagai keyakinan.
Kita lihat sendiri di Indonesia. Dengan semangat kebhinekaan yang mengakar dalam budaya bangsa ini. Secara jelas Imlek dirayakan sebagai budaya leluhur Tionghoa. Bukan ritual keagamaan tertentu. Sebab, Imlek adalah perhitungan tahun, tidak berhubungan dengan agama.
Dulu memang ada larangan merayakan Tahun Baru Imlek. Dengan Inpres Nomor 14 Tahun 1967, Pemerintahan Orde Baru, melarang apa pun yang bernuansa Tionghoa, termasuk Imlek.
Saat Gus Dur, menjadi Presiden dan mengeluarkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tanggal 17 Januari 2000. Isinya mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967. Maka peringatan Imlek pun bebas dirayakan. Lebih lanjut, Presiden Megawati Soekarnoputri, kemudian menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional mulai 2003.
Pengakuan atas keragaman anak bangsa makin kuat dengan terbitkannya Undang-Undang Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006 yang tidak menyebut warga negara dalam kategori asli atau bukan.
Tidak hanya itu, di era reformasi ini Pemerintahannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Negara kita, Republik Indonesia, makin membumikan “makna” Bhinneka Tunggal Ika sesuai nilai luhur Pancasila.
Kegiatan penyatuan asal-usul warganegara, disebut “pembauran” antar suku, etnis dan ras. Demikian pula dengan mendeklarasikan kerukunan antarumat beragama dan kepercyaan di Bumi Nusantara ini.
Untuk mewujudkan kebhinnekaan itu, secara resmi Pemerintah membentuk Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) untuk menghimpun antar suku bangsa, etnis dan ras. Sedangkan untuk bidang agama, didirikan Forum Kerukunan sntar Umat Beragama (FKUB) di seluruh penjuru Nusantara.
Peringatan Imlek tiap tahun berlangsung dengan berbagai kegiatan. Di antaranya: Festival Lentera dan Lampion. Ada pesta kembang api, Liang Liong dan parade barongsai. Dari berbagai penjuru terpancar nuansa ucapan selamat tahun baru Imlek, berbunyi: “Gong Xi Fa Cai”. Kecuali itu ada pula yang menyampaikan: “Xin Nian Kuai Le”. Artinya, mengucapkan “Selamat Tahun Baru”.
Surabaya “Memanjakan” Imlek.
Kota Surabaya, salah satu di Indonesia yang cukup dominan “memanjakan” Imlek dan budaya China atau Tionghoa. Ini tidak lepas dari sejarah berdiri dan berkembangnya kehidupan etnis keturunan China perantauan di Kota Surabaya.
Secara resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menampilkan ornamen lampion dan Naga di pusat Kota Surabaya. Kantor Balaikota di Taman Surya Surabaya itu semarak dengan dekorasi bernuansa China.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, secara terang-terangan merepresentasikan Tahun Baru Imlek, sebagai salah satu upaya membentuk persatuan dan toleransi antar masyarakat Surabaya.
Ornamen Ular dan Naga dipasang di depan Balai Kota Surabaya dan tempat strategis secara mencolok. Ada yang tingginya sampai 6 meter dan panjang 25 meter,. Ini menunjukkan bahwa roda kehidupan di Kota Surabaya bergerak karena kekuatan toleransi antara umat beragama, suku, etnis dan ras yang ada.
Selain di Taman Surya dan Balai Pemuda, ornamen bernuansa China dan Imlek ini, juga sanfat dominan di Kota Lama. Sekitar Jalan Kembang Jepun. Kawasan Pecinan atau Kampung China (China Town). Tempat yang juga pernah diramaikan dengan sebutan Kya-Kya.
Di samping itu dekorasi yang sama, ditempatkan di monumen bambu runcing, Taman Ade Irma Suryani Nasution. Kecuali itu, juga di pusat perbelanjaan, mal dan plaza di Kota Surabaya, serta, di beberapa kelenteng. Bahkan di kawasan wisata pantai Kenjeran Surabaya.
Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Cia Gwee di Tahun 2025 ini.
Xin Nian Kuai Le” dan “Gong Xi Fa Chai”