Peristiwa

Warga Desa Wonorejo Gelar Audensi Soal Nasib Jalan Lingkar Waduk Menuju Desa Wonorejo Yang Rusak Parah, Kini Saling Lempar

TULUNGAGUNG, DORRONLINENEWS.COM – Warga Desa Wonorejo, Perwakiln Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menggelar audiensi dan aksi damai di kantor Perum Jasa Tirta (PJT) Tulungagung. Kamis (25/07/24). Mereka menuntut permasalahan jalan lingkar waduk Wonorejo bisa diselesaikan. Yakni perbaikan jalan dan status jalan yang jelas.

Hadir dalam acara itu, Perwakilan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Jawa Timur, Kepala PJT Tulungagung, Perwakilan Camat Pagerwojo, Perwakilan Kepala Desa Wonorejo, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan seratusan masyarakat Desa Wonorejo.

“Karena kewenangan yang disampaikan oleh ketua dewan saat ratusan masa mendatangi Kantor DPRD adalah di PJT, maka hari ini kami bergerak melakukan audiensi dengan PJT,” ujar Ketua Paguyuban Masyarakat Wonorejo Bersatu (PMWB) Heriyanto, salah satu warga Wonorejo mengawali diskusi itu.

Harapannya pertemuan itu akan menghasilkan titik temu bahwa jalan di Wonorejo bisa diperhatikan dengan benar. Ia menyebut masyarakat ingin mengerti apa masalahnya sehingga 20 tahun perbaikan jalan dan status tersebut tidak jelas.

Senada dengan Heriyanto, salah satu warga yang lain, Sumarji mengatakan, semula masyarakat Wonorejo merelakan tanahnya dipergunakan untuk waduk Wonorejo. Namun setelah pembangunan berlalu, saat ini malah timbul masalah tentang jalan utama yang menjadi satu satunya akses untuk keluar dari desa itu.

“Wonorejo adalah desa terpencil yang terisolasi dari luar. Bahkan sering kejadian bayi melahirkan saat menuju rumah sakit akibat kondisi jalan yang rusak parah,” katanya.

Menurutnya, sudah sering sekali pertemuan pertemuan baik di desa, di Kecamatan di BBWS bahkan melakukan demo. Namun hingga kini belum ada jalan keluar yang memihak masyarakat.

“Kami mohon, kordinasi itu dengan hati agar kondusifitas di Wonorejo terjaga,” sambungnya.

Sementara itu, Bagian Pengelolaan Aset BBWS Jawa Timur Johanes Kriston, menyampaikan rasa empati terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat Wonorejo. Namun BBWS adalah sebagai pemilik aset, sedangkan PJT adalah pengelolanya.

Ia mengatakan, aset yang sudah bersertifikat milik BBWS adalah sekitar 2 hektar atau jalan sepanjang 7,6 KM. Selebihnya masih bermasalah dengan Perhutani dan akan diselesaikan antar institusi.

“Ada beda salah pandang tentang jalan itu. Pada awal pembangunan jalan itu sebagai jalan inspeksi untuk melakukan pembangunan waduk. Seiring berjalannya waktu dan pertambahan penduduk maka digunakan oleh warga dan dianggap jalan umum,” ujar Johanes dalam penjelasannya.

Ia menyebut, meski pihaknya juga berusaha menganggarkan untuk perbaikan, namun kesimpulan dalam rapat 18 juli lalu bersama Pj. Bupati BBWS menyarankan agar Pj. Bupati bersurat ke kementrian PUPR untuk mencari jalan keluar.

Kalau sudah melibatkan masyarakat banyak, maka Bupati punya tanggung jawab moral dan tidak bisa melimpahkan tanggung jawab itu langsung ke PJT.

Ia juga menjelaskan, BBWS memandang jalan tersebut bukan jalan umum, sehingga supaya status jalan jelas harus diserahkan ke daerah.

Menanggapi hal tersebut, Suwandi yang juga menjabat Kaur Kesra Desa Wonorejo mengatakan, jalan lingkar adalah kesepakatan bersama antara masyarakat dengan BBWS dan di bangun setelah waduk selesai. Sehingga Menurutnya jalan itu bukan jalan inspeksi.

“Saya adalah saksi hidup sejak awal pembebasan lahan. Ironis sekali hari ini saya mendengar dari kepala BBWS bahwa itu adalah jalan inspeksi,” sanggahnya.

Menurutnya, pengorbanan warga Desa Wonorejo saat itu sudah luar biasa. Mereka sudah merelakan tanah, bangunan dan sebagainya untuk pembangunan waduk Wonorejo. Mereka meninggalkan itu semua untuk pindah dari kampung halaman tanah kelahiran.

Ia juga mengakui saat itu prosensnya adalah ganti untung. Bahwa harga tanah yang dijual saat itu harus bisa untuk membeli tanah ditempat lain serta membangun tempat tinggal.

“Semangat saat itu adalah semangat kekeluargaan. Bahkan ada yang tanpa ganti untung merelakan gratis untuk dibangun jalan. Jadi saat ini harap diperjuangkan dengan benar,” katanya.

Pantauan Niamanews dilapangan mendapati, diskusi silih berganti dikemukakan oleh masyarakat yang tergabung dalam paguyuban warga Wonorejo. Bahkan salah satu warga yakni Wanto mengusulkan untuk menghentikan pengoperasian waduk Wonorejo.

Teriakan teriakan dan tepukan tangan dari luar ruangan bersautan sebagai ungkapan kekecewaan karena tidak adanya solusi yang didapat dari pertemuan itu.

“Kembalikan saja jalan tengah waduk. Sudah kehilangan tanah luas sekarang ditipu, sudah menderita di zolimi, ekonomi maju karena jalan, jangan hanya menjual air waduk saja,” teriak warga bergantian. (R_win)

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close