Hukum dan Keamanan

Korban Pengroyokan Santri Pondok Pesantren Tahsinul Ahlaq Kalipang Sutojayan Blitar Sebelum Dirujuk Ke RS Ngudi Waluyo Wlingi, Ternyata Dirawat Di RS. Aulia Sutojayan

Tf : Paman korban Heru

BLITAR, DORRONLINENEWS.COM – MAR (13), santri di salah satu Ponpes Kabupaten Blitar tewas usai diduga dikeroyok temannya. Keluarga MAR pun buka suara dan akan menyerahkan kejadian itu kepada pihak berwajib.

Pantauan Awak media di rumah korban yang berada di Desa Pandanarum, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar tampak diselimuti duka. Sejumlah petakziah juga berdatangan ke rumah duka.

Paman korban, yakni Heru Wahyudi mengatakan pihak keluarga menyerahkan kasus dugaan pengeroyokan keponakan penuh kepada polisi. Sebab sebelumnya sebelum meninggal pihak keluarga telah melaporkan ke polisi sedangkan keluarga tengah sibuk mengurus korban yang dirawat di RS.


“Sudah lapor, kami menyerahkan kepada pihak berwajib (polisi), karena memang kemarin masih fokus kepada kondisinya (korban),” ujarnya saat ditemui detikJatim di rumah korban, Minggu (7/1/2024).

Menurut Heru, korban mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 05.00 WIB. Korban meninggal setelah mendapat perawatan intensif selama enam hari. Sebelumnya, kondisi MAR juga telah kritis.

“Sebelumnya di RS Aulia Sutojayan, kemudian dirujuk di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Disana dirawat intensif di ICU, sampai dengan tidak ada,” terangnya.

Heru mengaku tidak mengetahui secara pasti terkait kronologi kejadian yang menimpa keponakannya itu. Menurutnya, pihak keluarga mendapatkan informasi keponakannya dibawa ke RS Aulia. Selanjutnya, keluarga fokus kepada kondisi MAR.

“Setelah magrib (Selasa) itu kan diantarkan sama ayahnya ke Ponpes. Terus malamnya ditelpon kalau MAR dibawa ke RS. Setelah itu ya kami langsung ke sana dan fokus kondisinya,” jelasnya.

Saat di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, keluarga mengutamakan keselamatan korban dengan kondisi yang telah kritis. Untuk itu, keluarga belum sempat bertanya kepada pengurus Ponpes. Namun, keluarga telah melaporkan kejadian itu ke polisi untuk ditindaklanjuti.

“Tidak sempat tanya, bagaimana cerita atau kronologinya. Kita ikut menunggu dari polisi saja,” lanjut Heru.

MAR merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Dia baru sekitar 6 bulan yang lalu terdaftar sebagai santri di ponpes. Itu bertepatan dengan MAR yang telah masuk menjadi siswa baru di SMP.

“Anaknya pendiam, biasa saja kadang ya main dengan saudaranya. Kalau waktu sekolah ya sekolah, ngaji ya ngaji. Ya seperti anak-anak pada umumnya,” kata Heru.

Heru berharap kejadian tersebut dapat segera diungkap oleh pihak kepolisian. Selain itu, keluarga berharap tidak ada lagi kejadian serupa bahkan ada korban jiwa.

“Semoga tidak ada lagi kejadian seperti ini. Dan bisa segera diselesaikan,” pungkasnya.(win)

Komentar

Berita Terkait

Back to top button
Close