Warga Sumberwuluh Kecewa, Menanti Bupati Akhirnya Ditemui Bupati Malam Hari

Teks foto : Cukul Widodo perwakilan dari MSB warga Sumberwuluh
LUMAJANG,DORRONLINENEWS.COM – Warga Sumberwuluh yang mengatasnamakan paguyuban Manual Sumberwuluh Bersatu (MSB), menunggu waktu yang ditentukan bupati untuk ditemui di Pendopo setelah pukul 15.00 akhirnya mendapat jawaban. Malamnya sekira pukul 21.00 wib perwakilan MSB diterima bupati, mereka ditemui bupati di Rumah Joglo pendopo kabupaten. 20 orang perwakilan yang diperbolehkan masuk, Selasa (23/02/2021) sekira pukul 21.30 wib.
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq (cak Thoriq) didampingi camat Candipuro bersama kepala desa Sumberwuluh (pjs), menemui warga Sumberwuluh yang merasakan keselamatannya terancam oleh pembuatan tanggul yang tanpa mempertimbangkan keselamatan warga sekitar dan masyarakat Sumberwuluh pada umumnya. Warga Sumberwuluh yang siangnya berjumlah puluhan orang, malam itu tersisa sekitar 35 orang dan yang diperbolehkan masuk 20 orang.
Dalam hal ini, perwakilan MSB desa Sumberwuluh, kecamatan Candipuro, kabupaten Lumajang, menyampaikan keluhan warga yang karena pembuatan tanggul tersebut dirasa meresahkan masyarakat. Saat banjir aliran sungai tersumbat, jadi airnya meluap ke pemukiman. Makanya ini melakukan pengaduan minta kebijaksanaan dari bupati. Dikatakannya bahwa pemicu dari konflik tersebut adalah berawal dari pembuatan tanggul darurat, yang saat banjir airnya meluap ke pemukiman warga setempat.
Cukul Widodo salah satu dari perwakilan MSB dan termasuk korban dari meluapnya tanggul saat banjir saat dikonfirmasi via telepon selulernya kepada awak media mengatakan, bahwa dirinya malam itu menelepon tetangganya yang memang dekat dengan cak Thoriq. Akhirnya dirinya terus ditemui oleh cak Thoriq, awalnya sejak sore sampai malam tidak ditemui. “Kami ditemui cak Thoriq sekitar pukul 22.00 setelah nelpon tetangga saya yang memang dekat sama cak Thoriq, sebetulnya pak bupati sudah mengerti kalau tanggul itu sudah ditangani. Intinya saya cuma mengadukan keberadaan tanggul yang tidak sesuai dengan SOP, cuman pak bupati mendatangkan BPBD, Camat terus kepala desanya bahwa waktu itu memang pengerjaannya tergesa-gesa, katakan darurat lah”, ujar Widodo.
“Dengan adanya pembangunan tanggul darurat itulah justru memicu melubernya air, tanggul darurat itu yang mbangun pemerintah, H Satuhan hanya dimintai tolong, kita juga paham yang ngerjakan anak buah H Satuhan cuma ditunggui oleh BPBD, Kapolsek, Koramil, semua ada. Memang benar semua itu, cak Thoriq sendiri sampai telepon Oktaviani anaknya H Satuhan yang jadi dewan itu. Ya dijelaskan memang benar kronologinya seperti itu, bukan Satuhan yang membangun tapi alat beratnya pinjam punya H Satuhan, gratis memangnya”, jelas Widodo.
Masih kata Widodo, “pembangunannya memang darurat, dan tidak sesuai SOP terus akhirnya ketika banjir air seperti itu, meluber, tiba-tiba alat beratnya Satuhan naik ingin membendung itu lagi. Akhirnya terus timbullah kemarahan warga, cekcok itu. Waktu saya ditanya pak bupati kepentingannya apa, ya saya jawab bahwa saya ketemu pak bupati ingin mengadu karena saya selaku warga disini yang terdampak, bukan karena apa-apa. Jadi tujuan saya kesini mengadu bukan melapor, supaya tidak salah persepsi. Ya akhirnya dijawab oleh pak bupati bagus katanya, soal kamu mengadu keberadaan tanggul, iya wis biar cepat dikerjakan biar cepat aman. Sekarang sudah ada CV yang mengerjakan kan, ya saya jawab sudah. Tapi kenapa kamu kok masih kesini, ya saya jawab bahwa warga pinginnya ketemu pak bupati”, pungkas Widodo.
Pembicaraan sama bupati hanya sebatas itu, namun Widodo juga menyampaikan kepada bupati bahwa dirinya meminta kalau masalah waktu itu terjadi cekcok. Harapannya kalau bupati bersedia memediasi antara kedua belah pihak, warga juga ikut merasakan senang. Biar tidak terjadi lagi perselisihan antara kedua belah pihak, karena pemicu dari pertengkaran itu adalah luapan air saat banjir akibat tanggul darurat tersebut.
(Jiwo)